Teks skenario

EXT. JALAN RAYA-SIANG
Ratusan anak SMA yang tawuran di jalan raya. Mengenakan seragam osis membawa parang. Suasana begitu ricuh dan ramai saling pukul, dan saling lempar melempar batu.
EXT. JALAN RAYA - SIANG.
Ratusan anak berkonfoi setelah lulus dari SMA. Mengenakan seragam, berboncengan. Baju yang mereka pakai tercorat-coret semua dengan pilok warna-warni.
EXT. PINGGIR JALAN RAYA - SIANG.
Pelajar yang berpacaran di pinggir jalan bawah pohon saling cium mencium di tempat yang ramai dengan mengenakan seragam OSIS dan bajunya tidak di masukan ke pakaian bawah (celana dan rok). Cewe (15) Cowo (16)
COWO
Yang mau dong.
CEWE
Mau apa si.
COWO
Iy.
CEWE
Ih geli mas, apaan si.
COWO
Cium dong.
CEWE
Ngak mau.
COWO
Agh, jangan malu-malu dong kaya nggak biasa aja.
CEWE
Tapi kan.
COWO
Agh.
CEWE
Hem.
Kemudian mereka berciuman di pinggir jalan sambil berdiri di bawah pohon besar.
EXT. DISKOTIK - MALAM.
Banyak pelajar seusia 18 tahunan baik cewe/cowo minum-minuman beralkohol, sambil berjoged menikmati alunan musik dugem.
INT. JALAN RAYA - MALAM HARI.
3 Siswa yang menjualkan dirinya sebagai PSK kepada para lelaki hidung belang.
INT. DALAM GEDUNG KUA - SIANG.
Sepasang anak SMA yang terpaksa di nikahkan di usia 18 tahun karena hamil di luar nikah. Pernikahan di gelar sederhana dan hanya 5 orang yang menghadiri pernikahan tersebut 4 orang laki-laki sebagai saksi dan seorang ibu yang mendampingi pernikahan itu.
INT. GEDUNG  - SIANG
33 orang (Para aktivis pendidikan perwakilan setiap provinsi di Indonesia) sibuk berdebat untuk menyelesaikan masalah pelajar yang selalu ricuh dan hancur moralnya
BAPAK AKTIVIS 1 (55)
Trus bagaimana, mengatasi para pelajar di Indonesia. Kini para pelajar semakin krisis moral, tidak mengedepankan pancasila, ricuh sudah hal yang biasa, hamil di luar nikah sudah menjadi hal yang wajib bagi setiap sekolah. Bukan hanya SMA saja, malah setingkat SMP pun ada yang hamil.
BAPAK AKTIVIS 2 (45)
Bagaimana kalau kita semua, memberikan hukuman yang kuat bagi para pelajar kalau nggak kita bisa mendirikan sekolah dengan sistem pondok pesantren. Selain ilmu agama yang mereka dapat kita juga bisa mengontrol para pelajar saat ini.
Sedangkan aktivis lainya sibuk mendengarkan serta mencatat hal-hal yang penting dari diskusi itu.
EXT. TANAH KOSONG - PAGI.
Terlihat matahari mulai keluar dan suara ayan jantan berkokok.
INT. DAPUR - PAGI.
Terlihat poci yang sedang mengeluarkan air ke cangkir karena tangan bu Indah yang akan membuat teh hangat.
INT.

EXT. GERBANG SEKOLAH - PAGI.
Terdengar suara bel sekolah. Puluhan anak SMA yang masih ada di luar area sekolah segera masuk ke dalam area sekolah. Termasuk Dwi yang sedang sibuk berjalan sambil
EXT. JALAN RAYA - SIANG
Rumput-rumput hijau terlihat jelas. Angkot berjalan di jalan raya. DWI (17), anak perempuan SMA, sederhana, dan ambisius, berlari mengenakan seragam SMA di pinggir jalan. Muka memerah keringat bercucuran. Suasana jalan raya agak ramai dan banyak kendaraan lalu lalang.
INT. TEMPAT LOUNDRI - SORE.
Sampai di tempat loundri, Dwi segera berganti pakaian warna kuning dan celana hitam, terlihat tumpukan baju kotor yang siap dicuci dan setumpuk baju yang siap disetrika. Sang pemilik loundri (45)telah menunggu Dwi untuk menggantikanya bekerja.
PEMILIK LOUNDRI
Gantian ya, Wi.
DWI
Iya, Bu.
Setelah itu Dwi menyetrika pakaian di tempat loundri.
EXT. LUAR MASJID - MALAM.
Dwi berlari mengenakan baju kuning celana hitam menggendong tas berisi peralatan untuk menyemir sepatu. Kemudian duduk di pinngir masjid. Suasana ramai lalu lalang orang yang akan melaksanakan solat Isa. Dwi mempromosikan diri akan jasanya menyemir sepatu.
DWI
(teriak)
Semir sepatu, semir sepatu, semir sepatu pak, bu.
Seorang pelanggan datang, Dwi tersenyum.
INT. KAMAR DWI - MALAM.
Dwi membuka pintu kamar, terlihat sajadah di lantai, gorden jendela yang mulai using, kasur seadanya, lemari plastik, dan sarung bolong miliknya, ia membuka lemari plastic dan menyisipkan uang Rp 15.000 di celengan berbentuk jago.
INT. LOBI SEKOLAH - SIANG
Dwi berjalan menuju lobi tempat di mana papan pengumuman kelulusan. Suasana sangat sepi. Dari papan terlihat Dwi dinyatakan lulus ujian. Dwi gembira sekali.
Dwi melihat selebaran penerimaan Mahasiswa baru.
INT. RUMAH - MALAM.
Di dalam kamar, orang tua Dwi memecahkan tabungan milik Dwi dan mengambil seluruh uangnya tanpa meninggalkan serupiah pun. Dwi datang di tangannya terlihat selebaran penerimaan Mahasiswa baru. Dwi terkejut lalu berusaha merebut uang tabunganya namun gagal. Ia menangis.
Ibu Dwi melihat selebaran penerimaan Mahasiswa baru yang di bawa Dwi.
IBU DWI
Apa-apaan, masih niat kuliah? Kan gue udah bilang kalau lo nggak usah kuliah. Kalaupun lo kuliah pasti jadi tukang cuci seperti sekarang. Lebih baik lo kerja buat bayar kehidupan kita sehari-hari, lo seharusnya berbalas sama gue dan bapa, udah untung di sekolahin sampi SMA. Ayo pak pergi.
Dwi mengumpulkan pecahan celenganya sambil menangis.
EXT. JALAN RAYA - MALAM
Suasana sepi, di tengah malam hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat. Terdapat seseorang yang sedang duduk di pinggir jalan. Terdapat lampu-lampu di pinggir jalan. Dwi mengasah kedua tanganya dengan menggendong tas setelah menyemir sepatu. PREMAN (40)mendekati orang yang sedang duduk di pinngir jalan.
PREMAN
Lo mau jual darah gak? lumayan nigh harganya.
ORANG DUDUK
Nggak mas.
PREMAN
Heh, mudah bego. Kalau lo jual darah lo bakal dapet duit gede, lo tinggal datang aja nogh ke gedung kosong. Ok?
Dwi melihat dan mendengar percakapan sang preman dengan orang yang sedang duduk.
EXT. DEPAN RUMAH - MALAM.
Dwi berjalan lesu, lemas, suasana dalam rumah terlihat sepi hanya jendela kamar Dwi yang bercahaya lampu. Terdapat bayangan lelaki di kamar Dwi. Dwi segera berlari menuju pintu rumahnya.
INT. KAMAR DWI - MALAM.
Dwi masuk ke kamarnya dan ada bapaknya di dalam kamar sedang mencari-cari sesuatu.
DWI
Bapak, Dwi kira siapa.
BAPAK
Apa? Marah kalau bapak masuk kamarmu?
DWI
Enggak pak.
Bapak Dwi keluar dan Dwi duduk terdiam di kasur miliknya.
EXT. JALAN RAYA - SIANG.
Dwi Keluar dari tempat loundri, menggendong tas perlengkapan semir sepatu. Suasana ramai, ada operasi satpol pp, Dwi berlari sekeras mungkin, Dwi tertangkap oleh satpol pp teriak-teriak ketika di tangkap satpol pp. Dan terlihat 4 anak jalanan tertangkap satpol pp juga.
DWI
Lepasin saya pak.
SATPOL PP
Halah, ngeyel banget si kamu.
Akhirnya Dwi tertangkap oleh satpol pp.
INT. KANTOR SATPOL PP - SIANG.
Dwi berada di dalam penjara dan hanya duduk terdiam ketika 4 anak yang lainya di jemput
EXT. GERBANG KANTOR SATPOL PP - SIANG.
DWI Keluar dari gerbang di antar oleh petugas satpol pp karena di jemput oleh bapaknya. Bapaknya sudah menunggu dan tersenyum pada petugas satpol pp dan Dwi di marahi oleh bapaknya ketika sampai di rumah.
DWI
Terimakasih pak, bapak sudah mau menjemput Dwi.
BAPAK
He gue, njemput lo karena lo udah bikin malu gue. Tahu! Seharusnya lo itu, jangan bikin gua susah. Tahu lo.
DWI
Ya pak, maafin Dwi karena sudah nyusahin bapak.
BAPAK
Pokoknya, gue nggak mau tahu apa urusanmu nanti kedepannya. Lo mau ngilang, mau bunuh diri, lo mau masuk penjara pun gue nggak mau tahu.
Dwi berjalan menuju kamarnya dan merenung samapai mendekati stres.
INT. GEDUNG KOSONG - SIANG.
Dwi bertemu sang preman yang sedang santai sambil merokok di depan gedung, gedung besar terlihat rusak, lumut sudah tumbuh di dinding, terlihat menyeramkan, tempat jual beli organ manusia secara illegal. Dari kejauhan Dwi berbincang-bincang dengan preman tersebut.
EXT. PINGGIR SUNGAI - SORE
Dwi berjalan pelan dengan muka lesu, kemudian duduk melamun di pinggir sungai. tubuhnya semakin lusuh karena grimis mengguyur Dwi.
EXT. GERBANG KAMPUS - PAGI
Dwi tersenyum bahagia di gerbang kampus dengan memegang perut bekas operasi penjualan ginjalnya. Di sana terlihat banyak Mahasiswa dan Mahasiswi yang berlalu lalang mengenakan almamater kampus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Tahu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PEMBUATAN LUBANG BIOPORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PENGHITUNGAN JARAK DAN BEDA TINGGI DENGAN THEODOLIT