Nenek Renta

Matahari tersenyum melirik ke arahnya sekarang. Dia tampak malu-malu untuk menghangatkan tubuhnya. Suasana semakin panas, karena matahari mulai menyentuh seluruh aktifitas makhluk sosial yang ada. Bertambahnya jumlah mahluk sosial, membuat matahari harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, ada seseorang yang berusaha menjauh dari sinar matahari karena merasa dirinya hanyalah seseorang yang menjadi beban di muka bumi ini. Tempat sebuah kehidupan berlangsung. Hembusan angin di pagi hari, ia mulai tersadar kalau ia harus mengais sedikit rezeki untuk sesuap nasi putih dan kering tempe sebagai lauknya. Memang ia tak seperti orang pada umumnya, kakinya hanya berfungsi sebelah kanan, matanya mulai buram ketika di gunakan, tangannya terasa pegal ketika untuk menggenggam sesuatu, dan kulitnya sedikit keriput karena termakan usianya, begitu juga dengan kerangka tulang yang ia gunakan sejak ia lahir.
            Bumi memang keras untuk di tempati seperti dirinya, betapa tidak?Dengan kondisi seperti dirinya ini, tak ada seorangpun yang peduli dengannya. Padahal ia menginginkan uluran orang lain. Entah itu dalam bentuk barang atau kasih sayang. Tenyata matahari mulai menunjukan keberanianya untuk mengeluarkan energy panas ke permukaan bumi ini.


Sendiri di setiap malam dan berdiri di setiap malam, menunggu bulan menjemput untuk bersamanya. Berbekal lilin setiap malam, hanya untuk menunggu sinar rembulan menjemput. Kini dia hanya berteman dengan sebuah radio using yang sudah rusak, dan bersama seekor kucing yang mulai tua. Tak punya anak, tak punya saudara, dan tak punya siapa-siapa, ia hanya sebatang kara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Tahu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PEMBUATAN LUBANG BIOPORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PENGHITUNGAN JARAK DAN BEDA TINGGI DENGAN THEODOLIT