Patahnya Cinta Kecambah


            Bantaran kali yang bercampur tumpukan sampah, seolah-olah sudah menjadi pemandangan setiap saat.Panas yang menyentuh tubuh dan kabut asap kendaraan sudah menjadi teman dalam kehidupan sehari-hari.Kumpulan kardus bekas yang menumpuk adalah harta kekayaan bagi semua orang, termasuk Hendra.Hendra adalah remaja berusia 17 tahun yang memiliki keinginan kuat untuk menggapai cita-citanya. Dia sedang menimba ilmu di salah satu sekolah Negri yang lumayan ternama. Bukan hal yang mudah bagi semua orang dapat masuk ke sekolah tersebut, beberapa syarat harus ia lalui, bahkan butuh berminggu-minggu untuk menunggu hasil keputusan sekolah untuk menerima dia atau tidak. Sebenarnya dia di larang oleh orang tuanya untuk mengenyam pendidikan,dengan alasan untuk mencukupi kehidupannya saja susah, apalagi di tambah kedua adiknya yang masih sekolah di SD, dan yang masih di TK, belum lagi si jabang bayi yang siap melihat dunia sekitar 2 bulan lagi, dan Hendra tetap bersekolah walaupun dia di larang oleh orang tuanya. Kebanyakan teman seusia Hendra sedang mencari sampah di siang hari dan malam harinya di gunakan untuk istirahat, namun berbeda dengan Hendra, mulai dari jam 04.00-06.00 pagi dia sudah bangun untuk mengantarkan pesanan makanan di warung tetangganya untuk di jual di toko-toko ternama di Semarang, kegiatan itu dia anggap sebagai pekerjaan untuk memenuhi biaya sekolahnya.Lumayan, dia mendapatkan gaji sebesar Rp.104.000 per bulan.Pekerjaan itu dia lakukan dengan modal tenaga untuk mengayuh dan sepeda kesayangan miliknya yang sudah berkarat.Pukul 06.00-14.30 dia gunakan untuk sekolah.Bukan hanya sekolah sebenarnya, dia juga membawa gorengan tempe dan bakwan milik bu Golas (tetangga jauh Hendra yang sudah pensiun dan mantan guru SD) bu Golas ini adalah pelopor Hendra agar Hendra tetap bersekolah.Dengan jualan gorengan milik bu Golas, Hendra mendapat upah sebesar Rp.35.000 per bulannya, yah itu rezeki Hendra yang setiap saat ia gunakan untuk membayar uang SPP di sekolah.Pukul 14.30-15.00 dia gunakan untuk pulang ke rumah dan beristirahat.Pukul 15.00-17.30 dia gunakan untuk bekerja di pasar sayur sebagai pengupas bawang merah, dari penghasilan itu dia mendapat upah sebesar Rp.8.000 per harinya, berarti dia mendapat upah sebesar Rp.240.000 per bulannya. Dari hasil mengupas bawang merah dia gunakan sebagian untuk membeli alat tulis dan sebagai saku cadangan mengingat dia hanya mendapatkan uang saku dari orang tuanya sebesar Rp 30.000 per bulannya dan sebagiannya lagi dia gunakan untuk tabungan di masa depannya . Pukul 17.30-18.30 dia gunakan untuk bersih-bersih dan istirahat di rumah sempit milik orang tuannya.Dia tak bisa tenang melihat ibunya bekerja sebagai buruh cuci yang berpenghasilan Rp.400.000 perbulan.Uang itu untuk makan sehari-hari, uang jajan 2 adiknya belum lagi utang yang menumpuk di warung.Selepas pukul 18.30-21.00 dia gunakan untuk bekerja di rumah temannya yang berjarak sekitar 3 kilo meter dari rumahnya sebagai buruh angkat singkong, berkilo-kilo singkong dia bawa dari bawah sampai satu truk penuh, bahkan sampai dua truk penuh, itu saja dia hanya di beri upah sebesar Rp.200 per kranjangnya.Dalam satu bulan dia dapat mengantongi uang sebesar Rp.50.000 dari hasil kuli singkong.Pukul 21.00-23.00 dia gunakan untuk mencari botol minuman sebagai hasil tambahan, dari hasil botol itu dia mendapatkan hasil sebesar Rp1.250 per harinya.Nah pada pukul 23.00-23.45 dia gunakan untuk belajar dan sisa waktu yang lainnya dia gunakan untuk tidur malam.Kegiatan itu ia lakukan untuk menggapai cita-citanya yang sangat mulia.Sebenarnya ayah Hendra juga masih bekerja sebagai kuli panggul di pasar, tapi penghasilannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar utang yang masih tersebar di mana-mana.Banyak orang bilang, bahwa Hendra itu anak yang bodoh, bekerja berjam-jam dari pagi sampai malam dengan penghasilan yang lumayan, malah dia gunakan buat sekolah.Karena orang-orang di sekitar Hendra hanya berpendidikan SD, bahkan ada yang tidak memiliki ijasah SD.Namun, Hendra tetap semangat menjalani itu semua.Tiga tahun dia bekerja banting tulang, untuk membiayai sekolahnya bahkan orang tua Hendra tak memberikan uang sedikitpun untuk membayar uang sekolah Hendra.Jika di hitung secara rinci Hendra sudah menghabiskan uang untuk sekolah sebesar Rp.12.000.000, sampai-sampai Hendra merasa lebih baik uang itu dia gunakan untuk membiayai adik-adiknya dan orang tuanya, namun  dia merasa bahwa dengan pendidikan ia dapat membawa keluarganya ke kehidupn yang lebih baik.Hampir tiga tahun, Hendra bekerja banting tulang dan akhirnya dia bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan berada di atas rata-rata.Kini dia mulai bingung, untuk melanjutkan kuliah atau tidak.Sambil memandang atap rumh yang mulai lapuk dan kardus yang menumpuk, Hendra mulai membulatkan tekat untuk berhenti sekolah terlebih dulu, agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya dan dua adiknya yang masih di sekolah dasar dan adik kecil yang baru lahir sekitar dua bulan.Hampir enam jam Hendra melamun di depan rumah kecil milik kedua orang tuanya, tiba-tiba adik pertama Hendra pulang dari sekolah dengan menenteng sepasang sepatu usang di tangan kanannya dia bernama Galih.Galih adalah adik Hendra yang pertama dan baru naik ke kelas enam SD.Melihat hal itu, Hendra merasa kasihan kepada Galih.”Lih, sepatumu kenapa?”Tanya Hendra sambil mendekat.”Rusak mas”Lesu kemudian duduk ke samping Hendra.Melihat hal itu, Hendra teringat pada tabungannya yang lumayan banyak, hasil ia bekerja siang dan malam.”Ya udah, nanti sore kita beli sepatu ya, kamu siap-siap aja sekitar jam satu siang nanti kita ke toko sepatu buat kamu”Ajak Hendra pada Galih.”Beneran mas,?”Muka ceria.”Iya, santai saja”Pergi dari rumah.Sesaat setelah Hendra pergi, Hendra segera pergi ke rumah bu Golas, untuk meminta upah selama dua bulan yang bu Golas belum bayar padanya.”Asalamualaikum,?”Salam Hendra dengan lesu.”Waalaikum salam, eh nak Hendra, ada apa Hend, sini masuk dulu”Ajak bu Golas.”Iya, trimakasih bu.Hendra masuk dan berbincang-bincang dengan bu Golas, dan hampir tiga puluh menitan Hendra berkata.”Maaf bu, apa saya boleh minta bantuan sama ibu?”Tertunduk malu.”Oh ya boleh Hend, emang ada apa?tanyakan saja sama saya, mungkin saya bisa membantu kamu,”Dengan tersenyum.”Maaf bu, apa saya bisa minta gaji saya selama dua bulan?”Nada rendah.”Ohhh itu tenang saja Hend, saya sudah siapkan untukmu, nih uangnya”Mengeluarkan uang sebesar Rp.500.000.”Trimakasih bu, tapi ini lebihnya banyak banget dan saya nggak punya kembalian,”Sahut Hendra dengan malu. “Ohh tenang saja Hend, ini sebagai bonus buat kamu dan itung-itung ini bisa kamu gunakan untuk transport kamu pulang yah?Tersenyum.Setelah itu, Hendra segera pulang dan mengajak adiknya membeli sepatu untuk sekolah.Hampir tiga puluh menitan, Hendra berjalan kaki untuk sampai di rumah.”Gi mana mas, jadi beli sepatu kan?”Mendekat Galih pada Hendra.”Iya jadilah masa nggak jadi, siap-siap saja yuk, kita berangkat”ajak Galih dengan senyum.Akhirnya Galih dapat membeli sepatu berkat Hendra yang sayang padanya.Keesokan harinya, Hendra berencana untuk mencari pekerjaan dengan berbekal ijasah SMA dan kemauan yang keras untuk mencari pekerjaan.
            Pagi mulai terasa, tetesan embun mulai bergiliran, ayam sudah bernyanyi, Hendra segera bangun dan membersihkan diri untuk melamar pekerjaan.Di pagi buta, Hendra mulai pergi dari rumah dan mulai mencari perkerjaan.Sampai pukul 13.00 WIB, Hendra belum mendapatkan pekerjaan, kemudian ia beristirahat dan ke warung makan.”Bu, saya mau beli nasi, sayur kacang sama tempe dan es teh”Hendra membeli sambil mencari tempat duduk.”Oh, iya mas, tunggu sebentar ya?”Sahut pemilik warung tersebut.Sambil menunggu makanan datang, Hendra membaca koran dan kebetulan di sana ada koran yang menggeletak di bangku kosong samping tempat duduknya.Ia membaca dengan seksama dan menuju ke iklan lowongan kerja di daerah yang ia inginkan.Setelah beberapa menit membaca, Hendra menemukan lowongan pekerjaan sebagai, office boy untuk perusahaan produk minuman terkenal.Di sana membutuhkan karyawan lulusan SMA dan mencari 10 orang pendaftar.Makanan sudah datang, Hendra segera menyantap dengan lahap, dan segera mencari pekerjaan. Berkat iklan koran yang di baca olehnya, Hendra segera menuju ke kantor tempat pendaftaran, dan sesampainya di sana, Hendra melamar pekerjaan tersebut, namun Hendra perlu menunggu pengumuman satu bulan untuk di terima atau tidak.Namun, Hendra tidak mau menunggu satu bulan dan tidak mau mengandalkan lamaran pekerjaan tersebut, sehingga Hendra mencari pekerjaan lain sabagai plan B.Waktu menunjukan pukul 16.00 WIB, Hendra segera pulang dan beristirahat.Keesokan harinya Hendra mencari pekerjaan lagi dan di hari keduanya Hendra mendapatkan pekerjaan langsung sebagai office boy di salah satu bank ternama di daerahnya, dan Hendra langsung bekerja di keesokan harinya.Bersyukur Hendra mendapatkan pekerjaan tersebut, sehingga Hendra dapat menyimpan uang hasil kerjanya dengan mudah dan dapat menyimpan sedikit demi sedikit agar ia dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi sesuai keinginannya, dan sesuai cita-citanya.Dengan penghasilan Rp.800.000 per bulannya dan Hendra bekerja dari pukul 06.00-17.00 dia dapat membantu kedua adiknya dan keluarganya, namun Hendra tetap bekerja seperti ketika ia di SMA, bekerja sambilan sampai larut malam dengan semangat dan tanpa putus asa.Hampir 10 bulan Hendra bekerja di bank tersebut, dan Hendra selalu mendapatkan kenaikan gaji sebesar Rp.50.000 setiap dua bulan sekali, dan Hendra selalu bekerja keras sampai malam.Walaupun Hendra masih muda,  namun teman-teman Hendra ada yang sudah memiliki pasangan kekasih bahkan ada yang sampai sudah menikah dan sudah memiliki anak,Namun Hendra tetap semangat menjalani hidup dan Hendra tidak memperdulikan teman-temannya yang sudah berkeluarga

            Di pagi buta, seperti biasa Hendra berangkat kerja ke perusahaannya tempat di mana dia mengabdi.Hendra berangkat dari pukul 06.00 WIB dan sampai di tempat kerjanya tepat pukul 06.30 WIB.Entah apa yang di rasakan Hendra, akhir-akhir ini Hendra sering memperhatikan penampilannya dan Hendra sudah mulai membeli perlengkapan pribadi seperti minyak rambut bermerek, parfum, pembersih muka dan perlengkapan yang berfungsi untuk menjaga penampilan, bahkan Hendra mulai mencoba ke dunia fitnes guna menjaga kesehatan  dan penampilan. Waktu menunjukan pukul 11.00 WIB, adalah waktu untuk beristirahat Hendra dan karyawan yang lainnnya. Di saat beristirahat Hendra dan teman kerjanya bercanda, bergurau dengan riang dan senang, seolah-olah tak ada beban yang menunggu saat ia bekerja. Hendra merupakan anak yang sopan dan rendah hati, sehingga ia mudah berteman dengan siapapun, dan bekerja dengan siapapun dan dimanapun. Hal itulah yang membuat pak Kirno salut pada Hendra.Pak Kirno adalah satpam di mana Hendra bekerja, karena sopan dan ramahnya Hendra pada semua orang bahkan Hendra dapat menyesuaikan dirinya kepada lingkungan sekitar, pak Kirno sering menceritakan keluh kesah bekerja sebagai satpam bahkan hal pribadinya pun ia ceritakan pada Hendra.Bahkan pak Kirno pernah meminjam uang kepada Hendra untuk memenuhi kebutuhan yang semakin banyak dan membayar ijasah anaknya yang belum di ambil sampai tujuh bulan, dia bernama Novi.Novi kini seusia Hendra, hanya saja Novi baru keluar dari  pondok pesantren selama satu tahun dan dia berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya ke jurusan kebidanan.Namun Novi hanya menyelesaikan pondok pesantrennya selama sebelas bulan , dan Novi berkeinginan bekerja terlebih dahulu.Sebenarnya, Novi sudah bekerja hambir 21 hari di perusahaan yang sama, Namun Hendra belum sadar dan belum tahu kalau Novi sudah bekerja sebagai office girl juga, namun Novi bekerja di lantai tiga dan empat sehingga Hendra tidak pernah melihatnya. Di sela-sela waktu istirahat, ketika pak Kirno dan Hendra sedang bersantai menikmati segelas air putih di belakang kantor, tiba-tiba datanglah seorang wanita yang bertubuh tinggi, sekitar 160 cm dan membawakan kantong kresek berisi sesuatu.”Pak, ini makan siangnya dan ini minumnya”Mendekat Novi sambil menaruh plastik hitam kemudian duduk.”Oh, ya.Sini bapak sudah lapar banget dan bapak belum sarapan dari pagi”Membuka plastik hitam tersebut.”Oh ya Hen, ini Novi putri bapak yang bapak sering ceritakan padamu, dan ini Hendra Nov, teman bapak yang waktu itu menolong bapak untuk mengambilkan ijasahmu di sekolah”Tersenyum pada Novi dan Hendra.”Hai, saya Hendra”Senyum dan mengajak bersalaman.”Hai juga, saya Novi”.Tesenyum dan menerima salam Hendra.Setelah mereka berkenalan Novi langsung menuju lantai dua.Hari mulai sore sekitar pukul 14.00 WIB, Hendra mendapat panggilan oleh atasannya untuk menemui di lantai dua.Rupanya Hendra mendapatkan kenaikan pangkat yang awalnya dari office boy kini ia bekerja di bagian komputer dan tugasnya lumayan lebih santai.Waktu menunjukan pukul 16.00 WIB, Hendra mulai berkemas-kemas untuk pulang dan sampai di rumah pukul 16.00 WIB. Sesampainya di rumah, Hendra segera menyelesaiakan tugasnya di rumah, yaitu membersihkan rumah, mencuci baju, dll. Hendra memang sadar betul, atas seluk beluk keluarganya. Betapa tidak, kedua orang tuanya kini sudah beralih pekerjaan menjadi petugas kebersihan taman kota dan adiknya yang berusia sembilan bulan pun ikut di bawa, belum lagi adik kedua Hendra yang sedang menduduki sekolah dasar sibuk sekali dengan bimbingan belajar dan adiknya yang kelas tiga sibuk bermain sendiri. Hari mulai malam, Hendra mulai berangkat untuk megantarkan makanan pesanan warung milik bu Golas.Waktu menunjukan pukul 21.30 WIB, Hendra segera tidur dan beristirahat, Namun Hendra teringat dengan seorang wanita yang berkenalan tadi siang di tempat kerja. Wajah parasnya yang cantik membuat Novi selalu terbayang di kepala Hendra, senyumannya yang menawan membuat Hendra mabuk kepayang, belum lagi kebaikannya si Novi dan pengabdian kepada orang tuannya membuat Hendra terfikir setiap saat.Tanpa tersadar Hendra tertidur lelap sampai pagi hari.Terdengar suara ayam jantan di telinga Hendra, Hendra segera bangun dan melakukan aktifitas sehari-harinya.Tak seperti hari-hari yang lalu, kini Hendra bekerja mengenakan Hem berdasi, dam Hendra sedikit terlihat lebh gagah dari pekerjaan sebelumnya, sehingga Hendra merasa lebih percaya diri.Sesampainya di tempat kerja, Hendra melihat Novi sedang mengepel lantai ruangan baru Hendra.”Pagi, pak?”Sapa Novi pada Hendra.”Ya, pagi, jangan panggil pak, panggil saja Hendra”Senyum Hendra sambil melihat muka polosnya Novi.”Kalau di tempat kerja saya panggil pak, dan kalau di luar kerja saya panggil Hendra karena bagaimanapun saya ini kan posisinya sebagai bawahan bapak”Berhenti mengepel dan sambil membersihkan keringat di pipinya.”Oh ya terserah kamu saja”.Sahut Hendra.”Permisi pak, saya mau keluar mau membersihkan tempat yang lain”Ijin Novi.”Ya, silahkan.”Jawab Hendra.Hari semakin sore, Hendra segera pulang dari kantornya.Ketika di perjalanan, Hendra melihat Novi sedang memilih buah untuk adiknya, tiba-tiba kaki Hendra berjalan seperti ada  yang menggerakan kakinya menuju toko buah tersebut.”Eh pak Hendra, mau beli buah juga pak?”.Tanya Novi sambil memegang buah jeruk.”Jangan panggil pak dong, ini kan sudah di luar kantor”Jawab Hendra.”Oh, iya pak, maksud saya Hend. Eh mau beli buah juga pak, maksud saya mau beli buah juga Hend?”.”Iya nih, beli buah apa ya enaknya?”Mengambil buah naga.”Loh yang mau beli kan kamu, masa tanya saya” Melihat Hendra.”Oh ya udahlah beli buah naga saja.” Sahut Hendra.Akhirnya Hendra membeli buah naga enam butir, dan Novi membeli buah jeruk dua kilo gram.”Saya pulang dului ya Hend”Ijin Novi pada Hendra.”Oh, iya” Jawab Hendra.Novi segera berjalan kaki dan menenteng dua kilo gram jeruk yang baru di beli.Setelah itu Hendra mengikuti Novi sampai perempatan jalan tanpa sepengetahuan Novi.Ketika Novi menengok ke belakang, ternyata Hendra tak sadar bahwa Nov melihatnya.”Hend, kamu jalan kaki juga pulangnya?’’.Tanya Novi.”Engga, saya lagi nunggu angkot di halte”.Loh haltenya kan di samping toko buah tadi, kenapa kamu di sini?”Tanya Novi.”Berarti aku salah ya?’’. Tertunduk malu dan pergi dari hadapan Novi.Setelah itu Hendra segera menuju halte, betapa malunya Hendra melihat si wanita yang di cintainya mengetahui kalau Hendra sedang mengikuti dari belakang.Akhirnya Hendra sampai di rumah pukul 17.45 WIB.Sesampainya di rumah, bu Golas datang dan membawakan Hedra sebuah brosur, beberapa pamflet, dan 3 formulir pendaftaran ke perguruan tinggi. Sampai pukul 19.00 WIB, bu Golas pulang dan Hendra memikirkan bahwa Hendra mau tetap berkarir dan mengejar cintanya atau berkarir dan mengejar cita-citanya untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.Hampir satu minggu Hendra memikirkan hal tersebut, dan Hendra sampai berkonsultasi ke bu Golas, orag tuannya, bahkan tokoh masyarakat yang sangat di segani oleh masyarakatnya dan Hendra pun sampai sholat istikoroh untuk mnentukan pilihan yang lebih baik.Akihrnya, hampir dua minggu Hendra memutuskan untuk memilih berkarir dan menyelesaikan pendidikannya dan meninggalkan Novi cinta pertamannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Tahu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PEMBUATAN LUBANG BIOPORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PENGHITUNGAN JARAK DAN BEDA TINGGI DENGAN THEODOLIT