Si Putih Yang Cerdik Ali Musobih

Si Putih Yang CerdikAli Musobih
            Dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang sangat megah dan indah. Bangunan yang menjulang tinggi bagaikan gunung pencakar langit, relief-relief pada bangunan tersebut bergambarkan sesosok binatang yang ramah, baik, sopan, dan patuh terhadap pimpinan kerajaannya. Kerajaan yang sudah berdiri selama berabad-abad ini sangatlah mengalami perkembangan yang cukup pesat, perekonomian mampu menembus kerajaan lain, bidang industri berhasil di kuasai oleh kerajaan tersebut, namun sayang, tingkat moral dan perilaku masyarakatnya sangatlah rendah. Kerajaan tersebut bernama  kerajaan “Tikus”. Di dalam kerajaan tersebut, sangatlah akur dan tentram bahkan raja dan rakyatnyapun sangat mudah saling sapa dan saling berinteraksi. Raja yang memimpin kerajaan tersebut biasa di panggil raja tikus rawa wakilnya tikus dewa. Raja memiliki satu permaisuri yang sangat anggun dan memiliki enam selir yang tak kalah anggun dengan permaisurinya, sang permaisuri raja bernama tikus putri.         
            Suatu ketika, jauh dari pusat kerajaan terdapatlah sebuah desa kecil bernama desa tikus miskin. Sesuai nama desanya, tikus di sana merupakan golongan tikus miskin yang sangat memprihatinkan. Di sana banyak sekali tikus yang berkeliaran tak terkecuali tikus jantan yang bernama si putih. Si putih adalah tikus yang sangat pandai akan kepintaraanya, rajin, dan baik, bahkan dia seperti tabib yang bisa mengobati penyakit-penyakit di desanya. Kehidupan si putih lumayan pas-pasan, dia merupakan seekor tikus yang sangat menyukai tantangan dan dia memiliki nyali yang sangat besar. Di mana ada si putih di situ ada si hitam. Tikus hitam adalah sahabat si putih yang selalu bersamanya. Si putih dan si hitam  berkeinginan untuk mengubah nasib ke pusat kerajaan, sebagai alternatif untuk mencari pekerjaan yang layak. Perjalanan hampir memakan waktu lebih dari satu setengah bulan untuk sampai ke pusat kota.Ketika si putih dan si hitam melihat gerbang raksasa dari kejauhan, mereka berhenti sejenak.
“Tih, apa itu gerbang masuk ke kerajaan?”  Tanya tikus hitam.
“Sepertinya iya, tam.” Jawab tikus putih sambil melihat gerbang yang luar biasa besar.
“Lalu bagaimana kita bisa masuk, sedangkan di sana ada dua tikus emas yang menjaga gerbang?” Melihat gerbang raksasa.
 “Kita mencoba masuk dengan meminta izin secara baik-baik saja, apa susahnya?” Menanggapi dengan santai dan berjalan menuju gerbang raksasa.
“Apa kau yakin, kita bisa masuk?” Sambil mengejar tikus putih.
            Mereka berdua mulai sampai di gerbang raksasa yang di jaga dua ekor tikus emas.
“ Permisi tuan-tuan, apa kami boleh masuk ke pusat kerajaan?” Tanya si putih sambil menundukan kepala sebagai tanda hormat kepada penjaga gerbang.
“Apa tujuanmu datang kemari wahai dua ekor tikus?” Jawab penjaga pertama.
“Kami ingin mencari pekerjaan untuk mengubah nasib di pusat kerajaan ini.” Sahut si putih.
“Oh ya , tapi ingat jangan pernah buat kegaduhan di kerajaan ini, jika sekali saja kau membuat kegaduhan kau akan di keluarkan dari pusat kerajaan ini” Sahut penjaga pertama.
“Siap tuan” Jawab si putih.
“Penjaga dua, buka  gerbang biarkan dua ekor tikus ini masuk” Perintah penjaga satu ke penjaga dua.
“Siap.” Jawab penjaga dua.
“Trimakasih tuan.” Ucap si putih dan si hitam kemudian mulai masuk gerbang.
“Silahkan masuk di pusat kerajaan tuan-tuan” Salam penjaga dua.
            Dengan mudahnya mereka memasuki kerajaan. Ketika mereka masuk ke kerajaan tiba-tiba datangah seekor tikus yang sangat besar dan dia bernama tikus Jiwa. Tikus jiwa merupakan tikus yang sangat jahat dan sangat di segani oleh tikus-tikus pedagang di kerajaan.
“ Hai siapa kau, sepertinya baru aku lihat kau di sini?” Tanya tikus jiwa sambil menahan amarah.
“ Perkenalkan, saya putih dan ini hitam teman saya, kami memang baru datang dari desa kami, kami datang kemari untuk mencari pekerjaan karena kami ingin mengubah nasib kami”. Jawab si putih dengan sopan.
“ Kau harus membayar pajak ke saya, sebagai biaya keamanan” Pinta si jiwa dengan nada tinggi.
“ Apakah aku harus membayarnya, soalnya saya ini benar-benar tidak punya uang, kamipun hanya membawa sedikit bekal jika kau ingin memintanya silahkan kau ambil miliku ini.” Jawab si putih dan memberikan tas berisi makanannya.
“ Lalu, bagaimana dengan si hitam ini, dia mau membayar pajak dengan apa?” Tanya si si jiwa dengan marah.
“ Oh maaf tuan jiwa, ini teman saya, satu tas tersebut untuk membayar pajak untuk saya dan si hitam, karena hanya itu yang kami punya sedangkan tas yang di bawa si hitam hanya berisi satu sagu aren yang sudah mulai membusuk, apakah kau mau memakan aren yang sudah mulai membusuk?” Tanya si putih.
“ Oh tentu tidak, lebih baik kau pergi dari sini dari pada aku harus memakan aren yang mulai membusuk.” Si jiwa mendorong si putih dan si hitam dengan keras.
“ Trimakasih tuan, kau sangat baik sekali pada kami, baru kali ini saya menemukan sebangsa kami yang sangat baik seperti kau, semoga apa yang kau inginkan dapat terkabul dengan mudah, dan semoga kau sehat selalu.” Ucap si putih.
“ Apa kau bilang? Baru kali ini saya di beri doa yang sangat mulia oleh sebangsaku meskipun aku telah menyakiti mereka, ku ucapkan terimakasih padamu putih yang telah mendoakanku. Ini ku beri saku untukmu.” Jawab si Jiwa dan memberikan sekeping emas hasil palakannya kepada pedagang di kerajaan kepada si putih.
“ Trimakasih tuan, sungguh kau sangat baik kepada kami” Sahut si putih dan pergi.
            Setelah beberapa meter, si putih memberikan penjelasan kepada si hitam
“ Tam, jika nanti ada sebangsa kita memanggil kita, kita langsung pergi dan lari secepat mungkin”. Sambil berjalan.
“ Lalu mengapa?” Penasaran
            Tiba-tiba ada seekor tikus memanggil mereka dan mereka langsung berlari sekuat tenaga. Dengan perasaan was-was, si hitam terus berlari sedangkan si putih masih tetap berlari di depan si hitam. Akhirnya si putih dan si hitam menyamar menjadi pengemis di pinggir jalan.
“Sialan, di mana mereka!“ Marah si jiwa dengan menenteng tas.
“ Sedekah tuan,” Pinta si putih yang sedang menyamar.
“ Hai pengemis, seharusnya kau berfikir saya sedang mencari tikus putih dan hitam. Mereka berdua telah menipu saya.” Marah si jiwa kepada si putih.
“ Mengapa mereka menipu anda tuan?” Nada rendah.
“ Ketika saya meminta pajak pada mereka, mereka malah memberikan sagu aren yang sudah membusuk!”.  Marah.
“Mungkin kau salah paham tuan, coba ingat-ingat kembali perkataan si putih”. Sambil menunduk.
 “ Si putih mengatakan bahwa dia tidak memberikan pajak si hitam karena makanan si hitam sudah mulai membusuk dan dia malah memberikan sagu aren yang sudah busuk terbalut jamur!”. Marah.
“Mungkin si putih benar tuan, dia tidak mau memberikan arennya karena sudah mulai membusuk dan dia memberikan aren yang busuk itu kepada tuan artinya aren yang mulai membusuk itu masih bisa di makan sedangkan aren yang sudah busuk itu tidak mungkin di makan olehnya.” Sahut si putih.
“Sial. Awas kau putih, jika kau ku temukan akan ku bunuh kau!.” Marah dan membuang beberapa keping emas hasil rampokannya ke pedagang-pedagang di samping si putih.
            Setelah si jiwa pergi, si putih dan si hitam memungut kepingan emas milik si jiwa yang telah di buang karena sangat kesal. Memang  sangat cerdik si putih, baru beberapa jam masuk ke kerajaan, si putih sudah mendapatkan kepingan emas yang cukup berlimpah. Setelah itu si putih dan si hitam memberikan kepingan emas tersebut kepada pengemis-pengemis di pasar kerajaan.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Tahu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PEMBUATAN LUBANG BIOPORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PENGHITUNGAN JARAK DAN BEDA TINGGI DENGAN THEODOLIT