Cerita di malam takbir Ali m
Dengan rasa bangga ku tuliskan
cerita ini di malam yang di penuhi gemaan takbir.Di malam yang tenang ku lihat
sebutiran air bergumpal.Di sana lah aku merasakan kesejukan hati, sebuah
perasaan hampa.”Kring” bunyi HP kesayanganku, aku langsung membuka HP tersebut,
ternyata Iran temanku mengirim pesan yang isinya ingin bermain ke rumahku saat
itu juga.Aku membalas dengan gembira karena saat itu aku sedang sendirian tanpa
di temani seseorang, aku membalas “ya”.Satu jam telah beralu ternyata dia hanya
omong kosong belaka, aku tetap sendiri sampai pukul 23.00 WIB.Saat itu juga aku
langsung ke tempat tidurku yang berbahan
dasar bambu, berlapis kasur usang, dan berselimutkan kain batik yang sedikit
kumal.Mata mulai terpejam dan sontak datanglah seorang wanita cantik seperti
bidadari menghampiriku, dia tidak berkata dan hanya berdiri di
sampingku.Dinginnya kepakan sayap wanita itu, membuat suasana menjadi dingin dan
membuat hati berdebar-debar.Aku hanya terdiam saat itu, ku tanya pada wanita
itu “Siapa kau?” dengan perasaan yang tak karuan sambil mengangkat tubuhku.Dia
hanya tersenyum dan dia hanya memandangu dengan manisnya.”Siapa kau datang
kemari tanpa seizinku?”Tanyaku lagi padanya.Namun dia tetap terdiam dan tetap
tersenyum padaku.Hari mulai malam, lampu di ruang tengah mulai redup dan gemaan
takbir masih terdengar dengan merdu.”Apakah kau malaikat yang akan menyabut
nyawaku?”Tanyaku lagi dengan gugup.Tiga kali aku bertanya padanya,dia hanya
terdiam, tersenyum manis dan memandangku dengan penuh kasih sayang.
Beberapa
menit kemudian dia mengepakan sayapnya dan menggerakan badanya ke langit
rumahku, dia keluar dari tempat tidurku dan menunjukan arah padaku.Aku bingung
melihatnya, mengapa dia mengarahkan tongkat emasnya ke arah pintu luar tempat
tidurku.Beberapa menit kemudian, aku mulai mengangkat kakiku dan tubuhku untuk
berjalan, karena dia mengarahkan tongkatnya seolah-olah dia ingin memberiku
sesuatu.Dia mulai mengepakan sayapnya lagi dan keluar dari tempat tidurku yang
mulai usang itu.Aku terus mengikuti wanita itu sampai di depan rumahku.Ketika
itu aku bertanya lagi padanya.”Apa maksudmu, kau bawa aku keluar rumah?”Dengan
menatapnya ke langit.Dia hanya tersenyum dan mulai mengepakan sayapnya pergi ke
bawah pohon rambutan di samping rumahku, aku pun mengikutinya dengan tenang.Dia
terus mengepakan sayapnya sambil menjauh dariku.Aku mulai tak memikirkan dia,
lalu aku pulang ke rumah untuk melanjutkan tidur malamku, Namun ketika aku
masuk ke pintu ruang tengah, tiba-tiba wanita itu ada di langit ruang tengah
rumahku sambil mengepakan sayapnya dan membawa sebuah kertas seperti daun
lontar, kemudian memberikannya padaku.Aku menerimanya dan isi dalam daun lontar
itu bertuliskan jawa kuno.Kebetulan aku paling tidak suka dengan pelajaran
huruf jawa.Kemudian aku mentranslit ke dalam tulisan biasa,Hampir dua jam aku
tidak bisa menyelesaikan isi dari tulisan tersebut.Namun ketika waktu
menunjukan pukul 00.30 WIB dini hari aku sudah bisa membaca tulisan itu, di
dalam tulisan itu terdapat kata “TOLONG RAWAT SAYA”.Aku masih bingung apa yang
dia inginkan.Hampir dua jam dia tetap mengepakan sayapnya dan berada di
langit-langit rumahku, untuk menunggu aku mentranslit tulisan itu.
Kemudian
dia mengepakan sayapnya lagi dan keluar dari rumahku, sontak aku mengikutinya
dengan tenang.Ketika aku mengikuti dia, aku berfikir mungkin aku di suruh dia
untuk mengikuti dia pergi.Yah aku terus mengikuti dia sampai di tengah-tengah
kebun yang di penuhi tumbuhan berdiameter 200 cm dan tingginya mencapai puluhan
meter, semacam pohon beringin.Suasana menjadi mencekam di barengi dengan suara
jangkrik yang mendesir dan suara takbir yang berkumandang.Semakin malam semakin
jauh semakin dalam aku mengikuti wanita itu. Beberapa saat kemudian dia
berhenti mengepakan sayapnya dan memperlihatkan sebuah bangunan berwarna emas
dan sudah mulai lapuk.Aku menatap wanita itu dengan seksama, apa yang dia
inginkan dariku?dalam hatiku bertanya.Dia mengarahkan tongkat emasnya ke
bangunan tua itu, dengan mata berkaca-kaca dan aku berjalan melangkah
pelan-pelan.Sampai akhirnya aku berada di pintu bangunan itu, aku memerhatikan
bangunan itu, kondisinya bagaikan keraton yang sudah tidak terawat lagi,
bangunan temboknya mulai lapuk, mulai pecah akibat di tumbuhi lumut, lantainya
terdapat tumbuhan ilalang belakang banguannya terdapat banyak sekali makam tua,
samping kiri bangunannya terdapat makam bertingkat yang sudah lapuk, samping
kanan bangunannya terdapat sumur tanpa pelindung di mulutnya, dan depan rumah
agak ke samping terdapat kuburan baru, yang
masih basah undukan tanahnya, dan bunga sesajennya pun masih terlihat agak
segar (layu). Hampir dua jam aku di sana, aku masih bingung apa yang harus aku
lakukan pada bangunan itu dan pada wanita itu. Aku harus pulang dan aku berkata
pada wanita itu,”Maaf aku harus pulang, lain kali aku ke sini lagi”.Dengan
sedih.Azan subuh berkumandang dan semua itu ternyata hanya mimpi dan aku
langsung segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan sholat idul fitri.
Komentar
Posting Komentar