LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TANAMAN ACARA II PENGENDALIAN MEKANIK

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TANAMAN
ACARA II PENGENDALIAN MEKANIK











Disusun Oleh
Ali Musobih
C1503003






PROGRAM STUDI DIII AGROTEKNOLOGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2016
ACARA II
PENGENDALIAN MEKANIK
A.    TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pengendalian secara mekanik.
B.     LANDASAN TEORI
Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman yang optimum bertujuan agar hasil pengendalian yang di lakukan maksimum tanpa ada dampak ekologis yang negative dan residu pestisida yang berbahaya dalam jumlah minimum atau bahkan tidak ada.
1.    Beberapa pengendalian mekanik
a.         Pemangkasan local.
Bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil pangkasan kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu di lakukan pembakaran.
b.         Dicabut.
Tanaman yang di serang dalam ukuran kecil.
c.         Ditebang.
Jika intensitasserangan tinggi (hampir semua bagian tanaman diserang >70% bagian tanaman diserang) atau sudah sangat parah.
d.        Pembakaran.
Pembakaran sebagai upaya pengendalian hama, patogen, dan gulma harus dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa musuh alami hama dan mikroorganisme yang bermanfaat perlu untuk dilindungi.
e.         Pemanasan.
Dilakukan untuk pengendalian hama atau pathogen yang menyerang hasil tanaman yang disimpan digudang. Pemasaran tidak dapat dilakukan dengan terhadap tanaman yang sedang aktif tumbuh, karena pemanasan dapat menyebabkan denaturasi enzim sehingga mengganggu metabolism tanaman.
f.          Pengambilan menggunakan tanaman.
Dapat dilakukan pada jenis hamaulat dan belalang, dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil.
g.         Penangkapan bersama-sama oleh banyak orang (gropyokan-jawa) intensitas serangan hama dalam skala kecil.
h.         Menggoyang-goyangkan pohon, menyikat, mencuci, memisahkan bagian tanaman terserang, memukul, menggunakan alat penghisap serangga dan lain-lain.



C.    ALAT DAN BAHAN
1.         Alat
:
Bor tanah, 5 gelas air mineral, jarring, kamera, ember, gayung dan plastik.
2.      Bahan
:
Detergen, air.
D.    CARA KERJA
Metode Ayunan :

1.      Memegang jaring kemudian mengayunkan jaring sebanyak 5 kali ayunan.
2.      Membuka jaring dan mengambil serangga yang terperangkap dalam jaring.

Metode Pit Fall :
1.         Mencampur air dengan deterjen ke dalam ember untuk jebakan pit fall.
2.         Membuat 5 lubang di pinggir area lahan pertanian.
3.         Memasukan gelas air mineral.
4.         Mengisi gelas air mineral dengan air yang tercampur detergen
5.         Meninggalkan jebakan pit fall selama 24 jam.
6.         Mengamati jebkan pit fall.
7.         Memfoto jebakan pit fall.

E.     HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) merupakan kosep yang digunakan oleh petani saat ini untuk mengatasi serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Konsep PHT ini muncul sejalan dengan adanya resistensi dan resurgensi terhadap hama yang menyerang tanaman akibat penggunaan pestisida kimia yang juga berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan. Pengendalian hama secara umum menggunakan konsep PHT tersebut. Konsep pengendalian hama terpadu meliputi pengendalian hama dalam bercocok tanam, penggunaan varietas tahan hama OPT, pengendalian secara mekanik, pengendalian secara fisik, pengendalian hayati, pengendalian nabati, dan pengendalian pestisida secara selektif.
Pengendalian secara mekanik adalah pengendalian yang dilakukan dengan cara tangan mansia langsung tanpa menggunakan obat-obatan kimia bahkan musuh alami dari makhluk hidup lain. Pengendalian secara mekanik, yang kami lakukan dalam praktikum ada dua yaitu pengendalian menggunakan jarring ayunan dan menggunakan pitfall trap. Tempat untuk melakukan praktek yaitu di lahan ubi jalar area kampus Politeknik Banjarnegara sebelah tempat parkir motor. Menggunakan jaring ayunan di lakukan dengan mengayunkan jarring sebanyak lima kali ayunan kemudian menghitung jumlah OPT yang di dapat. Berdasarkan hasil praktikum pada jaring ayunan di dapat data sebagai berikut :
No
Nama
Jumlah OPT
No
Nama
Jumlah OPT
1
Hoemaera
0
9
Adhitama
2
2
Surinto
17
10
Aldena
5
3
Ali
11
11
Dian
12
4
Anwar
8
12
Indah
2
5
Bangun
4
13
Ramdani
8
6
Hamzah
9
14
Rizki
6
7
Taufik
6
15
Febri
4
8
Rohim
2
16
Eli
4
Jumlah
31
Jumlah
43
Julmah
31 + 43 = 84
Dengan menggunakan metode jarring ayunan ternyata dari 16 anak melakukan ayunan sebanyak lima kali per Mahasiswa, jumlah serangga yang tertangkap sebanyak 84 serangga.
Selain menggunakan jarring ayunan, kami juga melakukan praktikum area tanaman kacang tanah sebelah area ubi jalar. Pada area tersebut, kami melakukan praktikum pengendalian mekanik dengan metode pitt fall dimana setiap anak membuat pitt fall sebanyak lima jebakan. Semua jebakan berjumlah 5 x 16 anak = 80 jebakan yang tersebar di seluruh area tanaman kacang dengan merata. Ada yang di tengah, dan ada yang di pinggir. Metode pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan enggan sistem perangkap, khusunya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode pitfall trap adalah untuk menjebak binatang-binatang permukaan tanah agar jatuh kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi jenis binatang permukaan tanah yang berada pada lingkungan perangkap. Metode pitfall trap tidak digunakan untuk mengukur besarnya populasi namun dari data yang diperoleh bisa didapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks diversitasnya ( Joshua, 2012).
Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda.
Berdasarkan praktikum menggunakan metode pitt fall trap kami dapat memperoleh data populasi serangga tanah di area tengah lahan kacang dan area tepi lahan kacang. Data tersebut adalah sebagai berikut :
No
Nama Serangga
Lahan Pinggir
Lahan Tengah
Jumlah
Rerata
Jumlah
Rerata
1
Semut
115
2,875
114
2,9
2
Kumbang
18
0,45
9
0,2
3
Belalang
4
0,1
2
0,1
4
Jangkrik
27
0,675
27
0,7
5
Laba-laba
27
0,675
16
0,4
6
Lalat
6
0,15
6
0,2
7
Laron
2
0,05
6
0,2
8
Kaki seribu
3
0,075
1
0
9
Cacing
1
0,025
-
-
10
Bekicot
1
0,025
-
-
11
Kepik
-
-
2
0,1
12
Ulat
-
-
1
0
13
Rayap
-
-
1
0
14
Wereng
-
-
1
0
15
Tawon
-
-
4
0,1
16
Kupu-kupu
-
-
1
0
17
Nyamuk
-
-
1
0
18
Kutu
-
-
1
0
Jumlah
44
2,875
193
4,9
Jumlah serangga
237
Jumlah Rerata
7,775
Area tengah lahan terdapat 16 jenis serangga sedangkan area tepi lahan ada 10 jenis serangga yang tertangkap. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa area tengah lahan serangga yang tertangkap, jumlahnya lebih banyak di banding area tepi lahan.
F.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa pengendalian secara mekanik adalah pengendalian yang murah dan mudah serta terbukti efisien. Pengendalian mekanik merupakan pengendalian langsung di pegang oleh tangan manusia tanpa menggunakan mesin. Pengendalian mekanik seperti praktikum di atas membuktikan bahwa menggunakan metode pitfallah yang terbukti efisien terutama pemasangan pitt fall di area tengah, karena pada area tengah banyak serangga yang terperangkap di banding area tepi.
G.    DAFTAR PUSTAKA
Joshua, N.2012. Pitfall Trap. http://www.scribd.com/doc/95952190/Acara-4-Pit-Fall-Trap.
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Asriani, Ni W., I. G. N. Bagus., dan N. N. Darmiati. 2013. Keragaman dan
Sudiarta, Putu dan K. A Yuliadhi. 2012. Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya. Agrotrop, 2(2): 191-196.
Sunarno. 2011. Pengendalian Hayati ( Biologi Control ) Sebagai Salah Satu Komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dirjen Perlindungan Tanaman. Jakarta.
Azis  et  al,  1992;,  Rumawas,  F .,  Admysh  S.  Sastraatmadja, A.H.  1992.  pengaruh  pemberian  silikat dalam  bentuk  sekam  dan  kalium  terhadap penyakit  blas  (Pyricula ria  oryzae)  dan produksi  padi  gogo  (Or yza  satura).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Tahu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PEMBUATAN LUBANG BIOPORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH dan AIR PENGHITUNGAN JARAK DAN BEDA TINGGI DENGAN THEODOLIT